Kamis, 20 Januari 2011

Fleksibilitas Layanan Komputasi Awan

Layanan komputasi awan (cloud computing) menawarkan fleksibilitas kepada perusahaan untuk membangun fasilitas teknologi informasinya. Sebab, dengan teknologi inilah perusahaan bisa memilih skala infrastruktur yang dibutukannya tanpa terbebani total cost ownership (TCO) atau ongkos investasi di awal.
Cloud computing pun fleksibel digunakan dari skala perusahaan kecil, menengah, hingga kelas enterprise. Hal tersebut dikatakan Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia, Sutanto Hartono, di sela-sela konferensi "Microsoft Cloud Summit 2011" yang digelar Kamis (20/1/2011) hari ini di Hotel Shangri La, Jakarta. Dalam kesempatan itu, Microsoft memperkenalkan solusi cloud computing.
"Kami merancang rencana dan sistem sesuai kebutuhan setiap bisnis," ujar Sutanto. Terdapat tiga tawaran layanan yang diberikan Microsoft. Masing-maaing dibagi dalam tiga kategori yakni private, public, dan hybrid. Microsoft sendiri mempersilakan setiap bisnis untuk memilih yang terbaik sesuai kebutuhannya.
Chris Sharp, GM Online Services SMSP Microsoft Asia menjelaskan perbedaan dari tiga layanan tersebut. "Dalam layanan private, perusahaanlah yang menjadi inang dari teknologi komputasi awan dan digunakan untuk melayani setiap orang dalam perusahaannya."
Jadi, bisa dikatakan bahwa layanan ini khusus diperuntukkan bagi perusahaan tertentu. Konfigurasi dan fitur layanan sendiri sangat menyesuaiakn pada kebutuhan perusahaan tersebut. Sharp mengatakan, layanan ini sesuai bagi perusahaan korporasi yang siap secara infrastruktur.
Sementara, dalam Public Cloud, Sharp mengatakan, "Orang yang menggunakan adalah perusahaan tertentu yang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya." Dalam pemenuhannya, perusahaan tersebut sepenuhnya tergantung pada penyedia layanan atau pihak luar.
Hybrid cloud merupakan gabungan dari Private Cloud dan Public Cloud. Pengertian hybrid ini bisa berbagai macam, misalnya penggunaan hardware fisik dan layanan komputasi awan bersamaan. Tetapi sederhananya bisa dikatakan sebagai penggabungan dua layanan tersebut.
Sutanto menjelaskan, layanan Private Cloud Microsoft memiliki beberapa kelebihan. Diperkuat dengan teknologi Hyper V dan System Center, layanan Private Cloud dengan mudah dihubungkan dengan layanan Public Cloud kapan pun dibutuhkan.
Sutanto mengatakan, nilai investasi Private Cloud Microsoft hanya sepertiga dibanding penggunaan teknologi kompetitornya. "Saat ini kami telah memiliki 17 perusahaan konsumen yang sedang membangun arsitektur Private Cloud dengan teknologi Hyper V dan System Center kami," papar Sutanto.
Saat ini, Microsoft berinvestasi sebanyak 2,3 miliar dollar AS untuk pembangunan layanan komputai awan. Sementara itu, puluhan ribu insinyur dikerahkan untuk mengembangkan aplikasi. Beberapa layanan komputasi awan seperti Xbox Live dan Microsoft Live telah dijalankan.
Menurut survei Gartner, 76 persen perusahaan akan menuju strategi Private Cloud Computing pada tahun 2012. Biaya sebesar 112 miliar dollar AS akan dibelanjakan secara kumulatif untuk software as a service, platform as a service, dan infrastructure as a service dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.

Layanan komputasi awan (cloud computing) menawarkan fleksibilitas kepada perusahaan untuk membangun fasilitas teknologi informasinya. Sebab, dengan teknologi inilah perusahaan bisa memilih skala infrastruktur yang dibutukannya tanpa terbebani total cost ownership (TCO) atau ongkos investasi di awal.
Cloud computing pun fleksibel digunakan dari skala perusahaan kecil, menengah, hingga kelas enterprise. Hal tersebut dikatakan Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia, Sutanto Hartono, di sela-sela konferensi "Microsoft Cloud Summit 2011" yang digelar Kamis (20/1/2011) hari ini di Hotel Shangri La, Jakarta. Dalam kesempatan itu, Microsoft memperkenalkan solusi cloud computing.
"Kami merancang rencana dan sistem sesuai kebutuhan setiap bisnis," ujar Sutanto. Terdapat tiga tawaran layanan yang diberikan Microsoft. Masing-maaing dibagi dalam tiga kategori yakni private, public, dan hybrid. Microsoft sendiri mempersilakan setiap bisnis untuk memilih yang terbaik sesuai kebutuhannya.
Chris Sharp, GM Online Services SMSP Microsoft Asia menjelaskan perbedaan dari tiga layanan tersebut. "Dalam layanan private, perusahaanlah yang menjadi inang dari teknologi komputasi awan dan digunakan untuk melayani setiap orang dalam perusahaannya."
Jadi, bisa dikatakan bahwa layanan ini khusus diperuntukkan bagi perusahaan tertentu. Konfigurasi dan fitur layanan sendiri sangat menyesuaiakn pada kebutuhan perusahaan tersebut. Sharp mengatakan, layanan ini sesuai bagi perusahaan korporasi yang siap secara infrastruktur.
Sementara, dalam Public Cloud, Sharp mengatakan, "Orang yang menggunakan adalah perusahaan tertentu yang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya." Dalam pemenuhannya, perusahaan tersebut sepenuhnya tergantung pada penyedia layanan atau pihak luar.
Hybrid cloud merupakan gabungan dari Private Cloud dan Public Cloud. Pengertian hybrid ini bisa berbagai macam, misalnya penggunaan hardware fisik dan layanan komputasi awan bersamaan. Tetapi sederhananya bisa dikatakan sebagai penggabungan dua layanan tersebut.
Sutanto menjelaskan, layanan Private Cloud Microsoft memiliki beberapa kelebihan. Diperkuat dengan teknologi Hyper V dan System Center, layanan Private Cloud dengan mudah dihubungkan dengan layanan Public Cloud kapan pun dibutuhkan.
Sutanto mengatakan, nilai investasi Private Cloud Microsoft hanya sepertiga dibanding penggunaan teknologi kompetitornya. "Saat ini kami telah memiliki 17 perusahaan konsumen yang sedang membangun arsitektur Private Cloud dengan teknologi Hyper V dan System Center kami," papar Sutanto.
Saat ini, Microsoft berinvestasi sebanyak 2,3 miliar dollar AS untuk pembangunan layanan komputai awan. Sementara itu, puluhan ribu insinyur dikerahkan untuk mengembangkan aplikasi. Beberapa layanan komputasi awan seperti Xbox Live dan Microsoft Live telah dijalankan.
Menurut survei Gartner, 76 persen perusahaan akan menuju strategi Private Cloud Computing pada tahun 2012. Biaya sebesar 112 miliar dollar AS akan dibelanjakan secara kumulatif untuk software as a service, platform as a service, dan infrastructure as a service dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar